Teroris Siapkan Serangan pada Upacara Bendera 17 Agustus 2010

Media Monitoring Service
Cubic Centra Indonesia (CCI)
http://www.cc-indonesia.com

Serangan besar ternyata sedang disiapkan jaringan teroris di Indonesia. Tidak lagi menggunakan bom, namun menyerang langsung dengan senjata api layaknya perang terbuka. Tak tanggung-tanggung, targetnya adalah membuat kolaps pemerintahan Indonesia dan menggantinya dengan negara baru bernama Emirat Islam Indonesia.

Menurut pengakuan tersangka teroris yang tertangkap, mereka akan bergerak pada upacara bendera 17 Agustus 2010. ''Targetnya adalah RI-1, pejabat negara, dan duta besar negara sahabat yang sedang berkumpul di istana. Ini ancaman nyata,'' ujar Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri (BHD) di Mabes Polri, Jakarta, kemarin (14/5).

Target kelompok itu adalah menjatuhkan pemerintahan yang sah. ''Mengganti sistem demokrasi dengan syariat Islam atau negara Islam,'' ujarnya dengan raut muka tanpa senyum. Kening Bambang berkerut dan tampak ada keraguan saat menyebut kata Islam sebagai dasar aksi teroris. Sesekali dia juga menghela napas.

Menurut dia, serangan itu sudah dipersiapkan secara matang dan terencana dengan rapi. Buktinya, ratusan ribu amunisi (peluru), puluhan senjata api laras panjang dan laras pendek, serta seragam dan perlengkapan militer sudah disita Densus 88. Perangkat itulah yang akan digunakan untuk menyerbu.

''Mereka sudah menugaskan orang untuk mengambil senjata ke Mindanao, 23 pucuk M-16 dan launcher (peluncur roket semacam rudal panggul, Red),'' kata alumnus Akpol 1974 tersebut.

Menjelang upacara 17 Agustus tahun lalu, sebenarnya aparat sudah mewaspadai rencana itu (baca: Perketat Kawal Presiden, Jawa Pos 17/8/2009). Namun, saat itu jaringan mereka kocar-kacir setelah penangkapan beberapa tersangka peledakan bom JW Marriott.

Jika diukur dengan logika taktik pertahanan, menyerang istana saat upacara 17 Agustus sebenarnya bisa disebut dengan aksi bunuh diri. Sebab, Polri dan TNI mengerahkan ribuan personel bersenjata untuk mengamankan acara sakral itu.

Jawa Pos yang berkali-kali meliput upacara 17 Agustus selalu merasakan sterilisasi pengamanan yang ketat. Jalan-jalan diblokade dan hanya undangan terbatas yang bisa mendekat serta masuk kompleks istana.

Namun, Menko Polhukam Marsekal (pur) Djoko Suyanto meminta agar anak buahnya dan masyarakat tetap waspada. ''Tolong, jangan underestimate atau meremehkan informasi Kapolri ini. Negara tidak boleh kalah,'' tegas Djoko yang kemarin khusus datang ke Mabes Polri untuk menyampaikan apresiasi presiden kepada Densus 88.

Di tempat terpisah, sumber Jawa Pos menceritakan, rencana operasi 17 Agustus itu ditemukan dalam dokumen di ransel Saptono, teroris DPO (daftar pencarian orang) polisi yang tewas tertembak di Babakan Jati, Cikampek Timur, Rabu (12/5). ''Sebelumnya, Deni dan Tono yang tertangkap di Medan memang mengaku akan membunuh RI-1, tapi tak sedetail dokumen yang kami temukan itu,'' ungkap sumber tersebut setelah jumpa pers kemarin petang.

Teroris menyebutnya sebagai amaliyah Badar atau operasi tujuh Ramadan. Bulan puasa akan dimulai pada 11 Agustus 2010. ''Itu bulan yang menurut mereka menjadi bulan terbaik untuk mati syahid,'' katanya. Mereka mengaku terinspirasi Perang Badar yang juga terjadi pada bulan Ramadan tahun 2 Hijriah.

Mereka juga sudah menyiapkan pemimpin jika presiden dan pemerintahan berhasil dikuasai. ''Akan diangkat seorang amir sebagai pemimpin negara dan mengganti nama NKRI menjadi Emirat Islam Indonesia,'' jelasnya.

Siapa amir itu? ''Karena masih proses sidik, yang satu ini belum bisa diungkapkan namanya,'' ujarnya.

Kelompok tersebut secara ideologis memang terhubung dengan beberapa gerakan radikal lainnya seperti Emirat Islam Afghanistan, Emirat Islam Iraq, Emirat Islam Kaukasus Utara, dan As Sahab Somalia. ''Kelompok itu juga mempunyai rekaman teknik gerilya dan metode serangan dari elemen asing,'' katanya.

Teroris juga sudah siap dengan amunisi serta persenjataan. ''Mereka mendapatkannya dari gudang logistik Polri yang dibobol, sisa konflik Ambon dan Poso, serta kiriman dari Mindanao,'' jelasnya.

Dari pengakuan mereka yang direkam Densus 88, serangan itu akan dilakukan dengan model berkelompok dan menyerang secara bergelombang (lihat grafis, Red). ''Target mereka memang syahid. Karena itu, syaratnya dipilih berat. Di antaranya, harus job training dulu,'' ujar sumber tersebut.

Dalam jumpa pers, Kapolri memang menyampaikan soal on the job training alias magang teroris itu. ''Mereka menembak warga asing di Aceh. Dua warga Amerika Serikat yang dirawat di Singapura itu tahun lalu, ternyata pelakunya terkait jaringan ini,'' katanya. Pelakunya bernama Muchtar bin Ibrahim alias Tengku Tar yang ditangkap 16 Maret lalu dengan barang bukti senjata api serta ribuan amunisi.

Masih dalam rangka magang teroris, kelompok tersebut juga menjadwalkan serangan ke markas polisi dan TNI yang jauh dari keramaian. ''Mereka juga akan menyerang NGO di Aceh pada Maret lalu untuk mengalihkan perhatian dunia saat kedatangan Presiden AS Barack Obama. Alhamdulillah, berhasil kami gagalkan,'' ungkapnya.

Menurut Kapolri, teroris juga berencana mengadopsi model serangan ala teroris Mumbai (Desember 2008). ''Mereka berencana menyerang warga asing dan hotel-hotel,'' ujarnya.

Aceh dipilih sebagai basis atau dalam istilah mereka Qaidah Aminah. Aceh yang merupakan pintu masuk pertama Islam di Nusantara itu juga menjadi pertimbangan ideologis mereka. Rakyat Aceh yang familier dengan syariat Islam juga diharapkan bisa mendukung gerakan tersebut.

Menurut Kapolri, kelompok itu punya struktur yang sangat rapi. Sembari menampilkan foto-foto di layar, Bambang menjelaskan peran mereka. ''Amirnya Dulmatin sudah tewas, bendaharanya Ubeid tertangkap, majelis syuranya Jaja sudah tewas,'' jelasnya.

Selain itu, mereka disokong penanggung jawab logistik senjata Mahfud (ditangkap), penanggung jawab makanan Yudi Zulfahri (ditangkap) dan Ardi (tewas), serta penanggung jawab pelatihan Mustaqim (ditangkap). ''Mustaqim adalah alumnus terbaik Kamp Mindanao,'' ungkapnya.

Di antara total 56 tersangka yang tertangkap hidup, beberapa saling berkaitan dengan jaringan teroris JW Marriott 2009, Kedubes Australia 2004, dan bahkan bom Bali II 2005.

''Misalnya Syailendra yang ditangkap di Aceh, ternyata yang merekrut adalah Nana Ichwan Maulana, pengebom Ritz-Carlton,'' jelas Bambang. Syailendra juga pernah mengirimkan motor untuk Dr Azhari dan menjadi wakil ketua kelompok Rois (pengebom Kedubes Australia 2004).

Lalu, ada nama Deni Suranto dan Pandu yang juga terlibat di Aceh. Ternyata, Deni ikut membantu Syaifuddin Zuhri menyiapkan bom JW Marriott di rumahnya dan dibawa ke Jakarta.

Terkait penyergapan terbaru di Cawang, Cikampek, dan Sukoharjo, baru empat korban tewas yang teridentifikasi. Yakni, Maulana alias Ahmad Zaki Maulana, Saptono alias Pak Tuo, Ujang Michrodin alias Abu Abi, dan Dani Ramdani. Seorang lagi diberi label mister X.

Yang tertangkap hidup di Cawang dan Cikampek adalah Suhardi Mas'ud alias Usman, Rosikin Noor, dan Eman Suherman. Yang di Solo adalah Erwin, Eko Purwanto, dan Abdul Hamid.

Mantan Kabareskrim tersebut menegaskan bahwa operasi tetap berlanjut. ''Anak-anak masih di lapangan,'' ujarnya.

Siapa yang jadi target utama? Bambang menyebut Abdullah Sonata. ''Dia itu sangat militan dan berbahaya,'' tegasnya.

Sonata merupakan residivis karena pernah dipenjara dalam kasus terorisme pada 2006. Setelah bebas, dia memimpin lagi. Dia diduga menjadi komandan menggantikan Dulmatin yang sudah tewas. ''Ini jadi evaluasi besar karena ternyata vonis penjara tak berpengaruh apa pun,'' ungkapnya.

sumber

0 Response to "Teroris Siapkan Serangan pada Upacara Bendera 17 Agustus 2010"

Post a Comment

Powered by Blogger