Pilbup Kebumen: Saudagar Vs Ulama

Media Monitoring Service
Cubic Centra Indonesia (CCI)
http://www.cc-indonesia.com

Media : Internet
Website : http://suaramerdeka.com/v1/ind...
Tanggal : Wednesday, June 02, 2010
Penulis : M Syahri Nurwahab
Tone : Neutral

PADA zaman penjajahan Belanda, saudagar dan kiai tergolong kelompok orang yang antipemerintah. Kini zaman telah berubah, ada beberapa pengusaha dan ulama berebut ingin jadi orang pemerintah lewat pilkada.

Potret itu akan terlihat dalam pilkada Kebumen 6 Juni mendatang, terkait dengan pertarungan antara calon bupati (cabup) yang juga saudagar dan calon bupati yang juga kiai atau ulama.

Pengusaha diwakili sosok H Buyar Winarso SE yang berduet dengan Djuwarni AMd. Sedangkan sosok ulama diwakili oleh KH Nashirudin Al Mansyur yang didampingi Probo Indartono SE MSi.

Kedua pasangan itu merupakan calon yang lolos dalam pilkada putaran pertama, dengan perolehan suara masing-masing 29,41% (Buyar) dan 27,52% (Nashirudin). Cabup Poniman Kasturo yang memperoleh suara 23,75% dan Rustriyanto 19,33% harus rela meninggalkan gelanggang.

Awalnya Buyar diusung oleh PPP, PAN, PKNU, dan Gerindra tapi kini mendapat tambahan dukungan dari PKS yang dulu mengusung Poniman. Adapun Nashirudin yang diusung PD dan PKB kini memperoleh tambahan dukungan dari Golkar yang dulu juga mengantar Poniman. Tinggal partainya Rustriyanto yang juga Sekretaris DPC PDIP belum menentukan sikap dukungannya.

Ada prediksi PDIP mendukung Buyar mengingat Probo (cawabup) masih duduk sebagai Wakil Ketua DPC dan anggota DPRD. Jika PDIP secara formal mendukung Buyar maka kekuatan di DPRD akan menjadi 17 kursi ditambah 15 kursi minus 1 (Probo), jadi seluruhnya berjumlah 31 kursi melawan Nashirudin dengan 18 kursi ditambah 1 kursi (Probo) sehingga totalnya 19 kursi.
Di atas kertas Buyar diperkirakan menang, tapi pilkada tetap menyimpan teka-teki. Orang boleh menebak-nebak menurut versinya sendiri.

Ada yang memprediksikan Nashirudin, calon petahana (incumbent ), memenangi pilkada karena bisa menggunakan jalur birokrasi untuk meraih suara. Namun tim sukses Buyar tidak mau kalah, menonjolkan hitung-hitungan 31 kursi yang bisa diterjemahkan menjadi 62% suara pemilih.

Waktu istilahnya tinggal beberapa jam lagi, dan rakyat akan menuju TPS untuk mencontreng bupati pilihannya. Sebagian orang Kebumen tahu dua-duanya anak singkong yang ingin menjadi anak keju .

Buyar berasal dari Desa Wonokromo, Kecamatan Alian, sebagai perwujudan bocah gunung, sedangkan Nashirudin asli Desa Puwosari Kecamatan Puring, mewakili bocah kisik, desa pinggir laut selatan. Semuanya ingin lenggah kursi gading dampar kencana di pusat kota yang didirikan oleh KRT Kolopaking seabad yang lalu.
Selisih Tipis Buyar adalah saudagar sukses di Jakarta yang konon merangkak dari bawah. Awal perjuangannya penuh penderitaan, mengais rezeki di Ibu Kota sejak 1987, sampai akhirnya menjadi orang. Dia memimpin beberapa perusahaan, antara lain PJTKI, usaha transportasi, dan juga sekolah.

Adapun Nashirudin adalah ulama karismatik yang menapakkan kakinya di wilayah politik lewat PPP dan PKB, dan tahun 2000 diajak Rustriningsih menjadi wakil bupati dua periode. Tahun 2008 dia diangkat menjadi bupati, dengan terpilihnya Rustriningsih menjadi Wakil Gubernur Jawa Tengah.

Siapakah yang akan memenangi pilkada Kebumen nanti? Hanya Tuhan jua yang tahu. Prediksi banyak kalangan, siapapun yang memang hanya beda tipis selisih suaranya mengingat kedua pasangan itu sama-sama kuat, dan menggunakan strategi yang hampir sama. Siapapun yang menang tak perlu dipersoalkan karena mereka adalah pilihan rakyat.

Berkonfrontasi dan bermahkamah seyogianya dihindari karena malah memperpanjang masalah. Jika hati legawa semuanya akan terasa indah. Saat ini masyarakat hanya berharap pilkada putaran kedua ini berjalan lancar, aman, damai, dan bermartabat.

Masyarakat juga memimpikan tidak ada penghambur-hamburan uang, apalagi sampai terjadi bagi-bagi wuwuran. Selain hal itu dilarang oleh pemerintah, hukum agama pun tidak mengizinkan, dan hukum adat tidak menseyogiakan. Terlebih lagi, dan perlu diketahui: yang akan dibagi-bagi itu sudah tidak ada lagi.

Ibarat orang punya hajat dua-duanya sudah habis-habisan, apa harus menjual alun-alun. Cukuplah sudah yang kemarin saja. Mari kita sukseskan pilbup dan pilihlah yang sesuai dengan nurani. Ingatlah, bahwa kita bersaudara.

0 Response to "Pilbup Kebumen: Saudagar Vs Ulama"

Post a Comment

Powered by Blogger