Kontroversi Nasional Demokrat (ND)

Media Monitoring, Analysis and Tracking, Information System Consultant,
Software-Web Develoment and Maintenance,
Computer Network Supply and Installation, Purchasing Service,
Cakrajiya Ciptana (CCi)
http://www.cc-indonesia.com


ARTICLE CLIPPINGS

Media : polhukam.kompasiana.com

Date : Thursday, February 04, 2010

Url : http://polhukam.kompasiana.com...

Tone : Neutral


Kontroversi Nasional Demokrat (ND) Nasional Demokrat (ND) sejatinya banyak menuai kritik negatif dari berbagai kalangan. Mulai dari barisan sakit hati, warna dan nama yang mirip dengan pemenang pemilu saat ini (i.e. Partai Demokrat), sampai pada tidak memiliki akar massa (grass root). Bagaimana dengan sisi positifnya? Bagaimana kansnya untuk menjadi besar bila ia berubah menjadi partai politik 2014? Well, mari kita coba untuk melihatnya melalui kacamata orang awam berikut. Memang tidak enak disebut sebagai barisan sakit hati, namun pada kenyataannya Nasional Demokrat (ND) memang diwarnai oleh tokoh-tokoh yang berseberangan dengan Presiden SBY pada pemilu kemarin. Sultan Hamengkubuwono X, Surya Paloh, Khofifah Indarparawansa, Syamsul Maarif, Ferry Mursyidan Baldan, Budiman Sudjatmiko, dll. Selain itu, deklarasinya juga dihadiri oleh Megawati, JK, dan Wiranto yang jelas-jelas bersaing langsung dengan SBY. Yang agak netral mungkin hanya Anies Baswedan (juga deklarator). Jadi, kalau Nasional Demokrat (ND) dibilang sebagai barisan sakit hati ya& bolehlah. Namun demikian, besar harapan saya pada ormas ini karena ada Anies Baswedan di dalamnya. Semoga beliau menjadi ketuanya. :D Kita semua sudah tahu bahwa Anies Baswedan merupakan tipe orang yang bisa menghasilkan ide cemerlang yang bisa diaplikasikan (applicable). Kita semua juga tahu bahwa tidak semua orang bisa seperti ini. Pemikiran beliau tentang dunia penerbitan buku misalnya (videonya bisa didownload di sini), melingkupi peran penerbit untuk meningkatkan minat baca anak melalui segmen yang memungkinkan anak tertarik untuk membaca cerita tebal seperti Harry Potter. Lalu beliau juga menyebutkan bahwa penerbit kita bisa meningkatkan nama Indonesia di luar negeri melalui tranlasi tulisan Indonesia yang sebenarnya kualitasnya tidak kalah dengan asing. Ide beliau itu dilengkapi dengan contoh-contoh dan semacam technical guidance juga. Pemikiran Anies Baswedan yang juga menarik adalah tentang tiga strategi memajukan bangsa (sayang hanya summary, tapi ini bisa dilihat di sini). Kenapa tiga strategi? Karena, secara umum, masyarakat Indonesia terbagi menjadi tiga kelompok (kelas berdasarkan perkembangan ekonominya) dan ketiganya memerlukan strategi yang berbeda. Ketiga kelompok tersebut beliau jabarkan dengan jelas dan strateginya pun beliau buat applicable, bukan sekedar strategi mengawang-awang tak jelas seperti kebanyakan tokoh kita. Dengan pemikiran brilian semacam ini, agak mengherankan juga mengapa Anies Baswedan tak masuk ke lingkaran pemerintahan. Namun, hopefully beliau bisa memperoleh sarana dan prasarana untuk mengembangkan Indonesia dengan lebih baik melalui Nasional Demokrat (ND) ini. Tapi apa ya bisa mencapai sesuatu melalui Nasional Demokrat (ND) yang warna dan namanya saja ikut-ikutan partai pemenang pemilu lalu alias Partai Demokrat? Bisa saja karena Surya Paloh dan Sultan Hamengkubuwono X merupakan orang yang memiliki modal kuat, apalagi Surya Paloh juga mempunyai kekuatan di media. Minimal sosialisasi dan pengembangan strukturnya relatif menjadi lebih mudah. Mengenai warna dan nama Nasional Demokrat (ND) yang ikut-ikutan Partai Demokrat, jujur saja, pada awalnya saya juga pesimis. Namun, setelah dipikir-pikir lagi& ini adalah pilihan cerdas! (Dengan catatan, sejauh sosialisasi dan pengembangan strukturnya kemudian dilakukan dengan baik, kuat, dan mendalam.) Begini, anda ingat kasus Aqua? Aqua pernah sangat merajai sektor air mineral di Indonesia dulu pada tahun 90-an. Lalu, entah kenapa, managemennya tidak lagi beriklan dan mempromosikan Aqua. Akibatnya pada akhir tahun 90-an, merek Aqua jatuh menjadi merek generik. Orang menyebut Aqua ketika ingin membeli air mineral. Apapun. Tidak hanya Aqua. Orang menerima air mineral merek apapun sebagai bentuk sebuah merek Aqua. Ini tentu kegagalan merek. Merek harusnya bisa merepresentasi suatu produk secara unik dan Aqua telah gagal. Di saat yang sama, merek-merek air mineral lain bermunculan dengan subur. Akhirnya baru pada awal 2000-an, Aqua memulai lagi promosi besar-besaran dan akhirnya memperoleh kembali kejayaannya setelah diakuisisi oleh Danone. Hal yang mirip (namun tidak persis) juga terjadi pada Partai Demokrat. Partai dengan warnya birunya yang pada Pemilu 2004 lalu sukses menjadi representasi kalangan nasionalis yang demokratis sekaligus juga terpelajar (berbau elitisme waktu itu) ini sekarang riwayatnya sebagai merek (baca label sebuah gerakan) tampaknya hampir habis. Beda dengan Aqua yang jatuh karena minim promosi, merek Partai Demokrat tergerus, dikanibal dari dalam (dari istilah kanibalisme produk/merek). Hilang di bawah bayang-bayang SBY. Tidak cukup harus selalu menampilkan dan mendukung SBY di setiap iklannya pada pemilu legislatif lalu, partai ini bahkan melabeli dirinya sebagai partainya SBY. Berhubung nasib Partai Demokrat sebagai sebuah merek sudah jatuh sama dengan Aqua pada masa kejatuhannya dulu, Nasional Demokrat (ND) punya kesempatan memanfaatkan momen ini untuk mengklaim warna biru dan nama Demokrat sebagai mereknya sendiri. Memang tetap perlu usaha keras dalam sosialisasi dan pengembangan struktur Nasional Demokrat (ND), namun bila berhasil reward-nya akan luar biasa. Mungkin bisa sangat sukses seperti kasus merek Garuda pada awal 2000-an yang lebih terasosiasi dengan produk kacang yang baru seumur jagung daripada dengan jasa pelayanan maskapai penerbangan nasional kebanggan kita yang telah berumur puluhan tahun. Bedanya (dan untungnya), dalam kasus Garuda, sang maskapai akhirnya bertobat dan memulai lagi pengembangan mereknya. Sementara dalam kasus Nasional Demokrat (ND) tampaknya kecil kemungkinannya Partai Demokrat akan memperbaiki lagi mereknya karena ini berarti ia harus mereposisi dirinya dari partainya SBY. Selama Partai Demokrat tetap menjadi partainya SBY maka selama itu pula peluang bagi Nasional Demokrat (ND) untuk mengambil alih merek Demokrat dan warna birunya terbuka lebar. Ah, tapi meskipun sukses mengambil alih merek tetap saja kan Nasional Demokrat (ND) tidak punya akar massa (grass root). Yup, betul sekali. Nasional Demokrat (ND) memang tidak punya akar massa dalam artian pemilih tradisional. Namun kita pasti masih ingat bahwa persentase golput dalam pemilu legislatif 2009 kemaren hampir 40% atau sekitar 50 juta orang (sumber: klik di sini). Selain itu, pemilih partai sendiri banyak juga yang merupakan swing voters dalam artian bisa saja berganti pada partai lain yang lebih cocok ideologinya. Semua ini menggambarkan bahwa banyak rakyat Indonesia yang pesimis atau kecewa dengan ideologi yang diusung partai dan mendambakan sesuatu yang lebih baik. Apa itu (sesuatu yang lebih baik yang diharapkan Indonesia)? Entah. Namun bila Nasional Demokrat (ND) bisa tetap setia dalam perjuangannya menuju Indonesia yang lebih baik maka bukan tidak mungkin ia dapat merangkul kaum golput dan para swing voters. Sementara itu saya akan menunggu visi dan misi Nasional Demokrat secara lengkap dan mendalam, di manakah posisi Anies Baswedan di dalam ormas ini, dan, bila memang menarik, ikut mendaftar jadi anggotanya.


0 Response to "Kontroversi Nasional Demokrat (ND)"

Post a Comment

Powered by Blogger