Pulau Jawa Krisis Air

Media Monitoring, Analysis and Tracking, Information System Consultant, Software-Web Develoment and Maintenance,Computer Network Supply and Installation, Purchasing Service
Cakrajiya Ciptana (CCi)
http://www.cc-indonesia.com


ARTICLE CLIPPINGS

Media : Sinar Harapan

Date : Wednesday, March 24, 2010

Page : 8

Tone : Neutral

Position : Bottom-Left

Section : Kesra


Walaupun termasuk negara yang kaya akan air dan memiliki 2.779 milimeter rata- rata curah hujan per tahunnya, karena ketidaktahuan masyarakat dalam menjaga dan menghemat air sejak tahun 2000 telah terjadi defisit air di beberapa pulau di Indonesia, antara lain di Jawa sekitar 52,809 miliar meter kubik dan Sulawesi 9,232 miliar meter kubik.

Hal ini diungkapkan Dr Ir Firdaus All M.Sc, pakar sumber air terpadu dari Universitas Indonesia, di sela-sela peluncuran Program Gerakan Sekali Bilas Molto Ultra di Jakarta, Selasa (23/3).

Pulau Jawa yang dihuni sekitar 70 persen penduduk Indonesia diprediksi akan mengalami krisis air pada tahun 2020 akibat ketidaktahuan masyarakat dalam menjaga dan menghemat air. "Saat ini, pemerintah perlu menyatakan bahwa Pulau Jawa berstatus darurat krisis air," tandas Firdaus.

Saat ini, Indonesia, khususnya daerah Jawa Barat, yang sekarang terkena musibah banjir, semestinya bersyukur dengan air yang begitu melimpah. Namun, ketika musim kemarau datang, kebanyakan dari wilayah Indonesia akan kesulitan memperoleh air bersih.

Menurut Kementerian Negara Lingkungan Hidup, tahun 2006 setidaknya 90 juta rakyat Indonesia tidak memperoleh akses ke air bersih. Ini diperparah dengan perubahan musim yang menyebabkan kekeringan. Sulitnya memperoleh air bersih juga dipengaruhi dengan banyaknya air limbah. Setiap tahunnya, 1.500 kilometer kubik air limbah dihasilkan secara global. Di negara-negara berkem- bang, 80 persen dari semua limbah dibuang percuma karena kurangmya peraturan dan sumber daya.

Sebuah penelitian yang dilakukan Universitas Muhammadiyah Surakarta menyebutkan, air limbah yang dihasilkan oleh rumah tangga mayoritas digunakan untuk keperluan mandi dan mencuci pakaian. Setiap keluarga rata- rata mencuci 1,9 kilogram pakaian kotor setiap harinya dan 94 persen melakukan pembilasan cucian sebanyak tiga kali dan jumlah air yang digunakan setiap kali pembilasan 10,75 liter per kilogram pakaian.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2005, jumlah kepala keluarga di Indonesia 52.575.000. Maka, rata-rata jumlah air yang dipakai oleh seluruh penduduk untuk membilas cucian selama satu tahun mencapai 1,17 miliar meter kubik air bersih. "Sungguh indahnya jika terjadi penghematan, cetus Firdaus. Upaya penghematan air sebenarnya mudah sekali, mulailah dari hal yang kecil seperti mencuci.

Tanggung Jawab Bersama

Sementara itu, dalam percakapan dengan SH, Direktur Komunikasi PT Tirta Investama, produsen air minum Aqua, Troy Pantouw, menegaskan perlunya kerja sama semua pihak untuk terlibat dalam manajemen sumber daya air karena tidak tepat kalau perusahaan air minum yang selalu ditucling sebagai penyebab kekeringan, padahal perusahaannya beroperasi berdasarkan izin dan tunduk pada aturan pemerintah.

"Masalah ini adalah tanggung jawab dan tantangan kita semua. Selama ini, kami punya komitmen untuk bekerja sama dengan para pemangku kepentingan lokal untuk mencari solusi jangka panjang untuk masalah ini,"kata Troy.

Dia menjelaskan, sebelum memproduksi air minum dari sebuah lokasi akan ada penelitian hidrologi paling kurang selama setahun, menyangkut kemungkinan pemanfaatan air dari lapisan tanah paling dalam di kawasan pegunungan. Air dalam dimanfaatkan karena hal itu tidak mempengaruhi kondisi air di sekitarnya dan sifatnya recycle.

Mengenai hal ini, sebuah penelitian yang dibuat Universitas Padjajaran, Bandung, pada periode 2007-2008 di kawasan Sukabumi menunjukkan kekeringan yang kerap terjadi di sawah-sawah penduduk di kawasan itu lebih disebabkan kerusakan pada sistem irigasi dan tidak terpeliharanya banyak sumber air di wilayah itu.

Kehadiran sebuah pabrik Aqua di mana pun, lanjutnya, selalu mendapat izin dari semua pemangku kepentingan (izin sosial) mulai dari bupati sampai warga biasa, semua tahu, lanjutnya.

Perusahaan juga mengadakan kegiatan CSR, berupa konservasi di daerah resapan air (catchment area) berupa penghijauan, pembibitan, maupun peningkatan ekonomi masyarakat melalui pertanian tumpang sari.

0 Response to "Pulau Jawa Krisis Air"

Post a Comment

Powered by Blogger