Tambang Ancam Air Minum dan Irigasi

Media Monitoring, Analysis and Tracking, Information System Consultant, Software-Web Develoment and Maintenance,Computer Network Supply and Installation, Purchasing Service
Cakrajiya Ciptana (CCi)
http://www.cc-indonesia.com


ARTICLE CLIPPINGS

Media : Kompas

Date : Thursday, February 04, 2010

Page : 23

Tone : Neutral

Position : Right Center

Section : Nusantara


Aktivitas penambangan emas tradisional di beberapa sungai di dataran tinggi Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, kian mengkhawatirkan. Tidak hanya karena penggunaan zat merkuri, tetapi karena penambang mulai menjebol din ding sungai.

Padahal, sungai ini sebagian besar merupakan sumber air ber­sih untuk masyarakat Sigi dan pengairan sawah. Kota Palu ter ancam pencemaran karena seba gian besar sungai yang berhulu di Sigi bermuara di Teluk Palu. Alir an sungai tersebut melewati wi layah permukiman di Kota Palu.

Hal itu diuraikan Kepala Ba gian Pertambangan dan Energi Dinas Pekerjaan Umum, Pertambangan, dan Energi Kabupaten Sigi M Afit Lamakarate, Rabu (3/2) di Sigi.

Sungai yang tercemar itu di antaranya adalah Sungal Wuno, Paneki, Ngata Baru, dan Lewara. Berdasarkan pemantauan Dinas Pekerjaan Umum, Pertambang an, dan Energi Sigi, penambang menjebol dinding sungai dengan menyemprot air menggunakan mesin. Runtuhan dinding sungai

kemudian dihancurkan untuk di

pisahkan emasnya menggunakan merkuri dan sianida. Aktivitas pencucian dilakukan di sungai.

Menurut Afit, Pemkab Sigi be lum mengeluarkan aturan soal pertambangan rakyat yang me rupakan turunan dari UU No 4/2009 tentang Pertambangan,

Mineral, dan Batu Bara. "Kami masih menyusun pembagian wi layah yang nantinya jadi acuan untuk areal pertambangan dan yang bukan tambang," katanya.

Kabupaten Sigi seluas 5.196,12 kilometer persegi adalah pemekaran dari Kabupaten Donggala tahun 2008. Ibu kota Kabupaten Sigi, Biromaru, terletak 15 km dari Kota Palu. Di Sigi, potensi mineral dan energi tidak hanya emas, tembaga, belerang, bijih besi, dan granit, tetapi juga panas bumi.

Mulai surut

Sementara itu, tinggi air bah di Desa Baleendah, Kecamatan Ba leendah, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, mulai turun, Rabu. Warga yang mengungsi berang­sur kembali ke rumah.

Hingga Rabu sore, tinggi banjir di Baleendah sekitar 40 senti meter, sebelumnya mencapai 2 meter. Air coklat kehitaman ber campur sampah masih mengge nangi jalan.

Camat Baleendah Usman Sa yogi mengatakan, meski air mulai surut, pos taruna siaga bencana (tagana) tetap siaga. Satu unit ainbulans dan tiga petugas medis tetap berkeliling ke lokasi peng ungsian. Jumlah pengungsi ma sih berkisar 600 orang, tersebar di tiga lokasi, yakni 'cantor keca matan, }cantor desa dan sekre­tariat salah satu partai politik.

Dari Cirebon dilaporkan, war ga di wilayah hilir Kota Cirebon

dan Kabupaten Cirebon resah karena banjir masih mengancam pada musim hujan. Warga yang tinggal di daerah rawan hanjir mulai membuat tanggul swadaya dari kayu atau karung pasir.

Warga di RT 1 RW 2 Gunung Pangrango, Kecamatan Harja mukti, Kota Cirebon, menata tumpukan karung pasir di depan rumah mereka yang terletak di tepi Sungai Cikenis. Sepekan lalu kampung itu terendam banjir 0,51 meter karena air sungai meluap.

Menurut salah seorang warga, Firdaus (40), masyarakat meron da setiap malam, apalagi jika tu run hujan deras. Ia menyesalkan pemkot yang belum bertindak mengatasi banjir.

Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVM BG) Surono di selasela Kolo­kium Badan Geologi di Bandung, Rabu, menuturkan, sesuai data PVMBG, ada lima provinsi yang rawan banjir bandang. Penyebab nya, struktur tanah labil, banyak warga tinggal di alur lembah su ngai, dan curah hujan tinggi. "Daerah rawan adalah Sumatera

Barat, Jawa Barat, Jawa Timur, Nanggroe Aceh Darussalam, dan Sulawesi Barat," katanya.

Menurut Surono, pengalaman beberapa tahun terakhir, banjir bandang banyak memakan kor ban. Sekitar 50 persen korban bencana alam di Indonesia diaki batkan banjir bandang.


0 Response to "Tambang Ancam Air Minum dan Irigasi"

Post a Comment

Powered by Blogger