Efek Mundurnya Sri Mulyani, Reaksi Pasar Masih Negatif

Media Monitoring Service
Cubic Centra Indonesia
http://www.cc-indonesia.com

TEMPO Interaktif, Jakarta - Pasar uang dan saham masih merespons negatif keputusan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengundurkan diri dan menerima tawaran menjadi Direktur Pelaksana (Managing Director) Bank Dunia mulai 1 Juni nanti. Indeks harga saham gabungan di Bursa Efek Indonesia terus melemah sejak Sri Mulyani mengumumkan pengunduran dirinya dua hari lalu.

Analis pasar PT Reliance Securities, Gina Novrina Nasution, mengatakan, selain faktor Sri Mulyani, reaksi negatif pasar berkaitan dengan kondisi global, terutama kekhawatiran sejumlah negara Eropa atas krisis utang Yunani. Apalagi, pada saat yang sama, investor khawatir terhadap kebijakan pemerintah Cina, yang akan mengetatkan likuiditas pasar.

Faktor Sri Mulyani dalam kejatuhan pasar saham ini terlihat sejak dua hari lalu saat pengunduran diri itu diumumkan. "Indikatornya, kejatuhan pasar di sini paling besar dibanding di pasar kawasan Asia lainnya," kata Kepala Ekonom Standard Chartered Bank Fauzi Icshan. Menurut Fauzi, sinyal yang dikirim pasar cukup jelas tentang keberadaan Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan.

Dalam penutupan perdagangan kemarin, indeks harga saham gabungan turun lagi sebesar 35,62 poin (1,25 persen) ke level 2.810,6 dari posisi dua hari lalu pada level 2.846,2. Di tengah sesi perdagangan kedua, penurunan indeks mendekati 100 poin. Penurunan empat hari berturut-turut ini memangkas indeks hingga 160,6 poin (5,41 persen) dari rekor tertinggi pekan lalu sebesar 2.971, dan menyebabkan indeks jatuh di level terendahnya sejak 1 April 2010.

Investor asing membukukan penjualan bersih yang sangat besar, yakni Rp 862,76 miliar. Harga 137 saham turun, hanya 63 saham emiten yang naik, sedangkan 70 saham lainnya tidak berubah. Volume perdagangan mencapai 6,07 miliar saham senilai Rp 6,2 triliun dengan frekuensi 133 ribu kali.

Selain pasar saham yang bereaksi negatif, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat melemah lagi kemarin hingga sempat menembus 9.300. Dalam transaksi di pasar uang kemarin, nilai tukar rupiah ditutup di level 9.235 per dolar atau melemah 120 poin (1,3 persen) dibanding posisi awal 9.115.

Praktisi pasar uang dari Bank Saudara, Rully Nova, mengatakan kekhawatiran terhadap krisis utang Yunani yang meluas membuat pelaku pasar melepas mata uang yang berimbal hasil dan berisiko tinggi, seperti rupiah. Untuk sementara, mereka mengalihkan ke mata uang yang dinilai aman, seperti dolar Amerika. "Ini yang membuat rupiah melemah cukup dalam," kata Rully kemarin.

Faktor lain yang mendorong kejatuhan rupiah adalah kekosongan posisi Gubernur Bank Indonesia, ditambah faktor pengunduran diri Menteri Keuangan Sri Mulyani. Situasi ini menimbulkan ketidakpastian di pasar, yang membuat pelaku pasar melepas rupiah dan membeli dolar. "Kosongnya pimpinan dua jabatan strategis itu membuat pasar cemas," katanya.

Menurut Rully, pasar merasa kehilangan atas kepergian Sri Mulyani karena kebijakannya selama ini mampu menjaga iklim investasi serta sangat berdisiplin terhadap anggaran negara dan defisit anggaran. "Investor menunggu apakah penggantinya juga berpihak dan diterima pasar," katanya.

Penguatan rupiah yang terjadi selama ini, kata dia, disebabkan oleh sokongan aliran dana asing yang masuk ke pasar instrumen domestik dan transaksi ekspor meski tidak besar. Kecemasan larinya dana asing membuat rupiah sempat melemah hingga menjadi 9.300 per dolar kemarin.

Sentimen negatif pasar terhadap pengunduran Sri Mulyani juga dibenarkan pelaksana tugas Gubernur Bank Indonesia, Darmin Nasution. Menurut Darmin, koleganya itu memiliki peran-peran tertentu yang dapat mempengaruhi pasar, terutama pasar saham yang jatuh cukup dalam. "Tapi yang menentukan tetap saja fundamental perekonomian kita," kata Darmin.

Menurut Darmin, pelemahan indeks itu terjadi juga karena pengaruh krisis utang yang menerpa Yunani. Ada beberapa pernyataan pemimpin Yunani yang membuat pasar menjadi khawatir krisis serupa bakal menjangkiti negara lain. Pelemahan indeks ini juga terjadi di banyak negara. "Ini membuat nilai tukar rupiah terhadap dolar melemah," katanya.

Meski demikian, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar saat ini masih di level normal. "Pelemahan rupiah ini tidak jelek sekali," katanya. Bank sentral akan mengintervensi pasar hanya jika kejatuhan rupiah dianggap sudah terlalu jauh. Tapi, jika perubahan nilai tukar masih bisa ditoleransi, BI tidak akan masuk pasar.

Darmin mengatakan bank sentral tidak akan menjelaskan kapan pihaknya masuk untuk mengintervensi pasar. Dia hanya memastikan Bank Indonesia akan meyakinkan masyarakat bahwa bank sentral selalu berada di pasar. "Kalau nilai tukar bergerak terlalu jauh, akan kami intervensi," katanya.

sumber

0 Response to "Efek Mundurnya Sri Mulyani, Reaksi Pasar Masih Negatif"

Post a Comment

Powered by Blogger