Terminal Air Tak Berfungsi Maksimal
Cakrajiya Ciptana (CCi)
http://www.cc-indonesia.com
ARTICLE CLIPPINGS | ||
Media : Kedaulatan Rakyat | | Date : Friday, February 05, 2010 |
Page : 5 | | Tone : Neutral |
Position : Bottom-Left | | Section : Gunung Kidul |
Keberadaan terminal air di Desa Giriasih Kecamatan Purwosari yang menghubungkan sumber mata air kemudian dialirkan ke rumah penduduk, tidak berfungsi maksimal. Dari 28 terminal air, tiap satu terminal mampu menampung 10 jaringan, sehingga secara keseluruhan jumlah jaringan mencapai 280 jaringan air.
Tapi hanya 16 jaringan yang dapat difungsikan. Hal ini terjadi lantaran minimnya dana serta Pendapatan Asli Desa (PAD) yang dihasilkan.
Kepala Desa Giriasih, Pardiyana kepada KR, Minggu (31/1) saat ditemui pada acara penyerahan bantuan pipa air bersih dan penanaman Pohon Sengon oleh Yayasan Budha Tzu Chi menuturkan, 75 persen penduduk di Giriasih mayoritas bermata pencaharian sebagai petani. Warga keberatan membeli pipa penyambung yang menghubungkan terminal air ke bak rumah penduduk.
Selain itu PAD yang dihasilkan di kawasan Giriasih tergolong minim yakni Rp 5 juta dalam satu tahun. "Giriasih merupakan satu di antara 10 desa tertinggal di Wonosari, begitu juga dengan SDM yang ada masih minim. Mereka hanya lulusan SD atau SNIP sehingga untuk menyambung hidup saja pas-pasan," ulasnya.
Sebagai solusi, pihaknya berusaha memaksimalkan bantuan baik dari Pemkab Gunungkidul maupun pihak swasta untuk dipergunakan sebaik-baiknya.
Permasalahan lain yang dihadapi warga Giriasih yakni keterbatasan jumlah Penampungan Air Hujan (PAH).
Guna mencukupi kebutuhan air, masyarakat sekitar rela menempuh perjalanan sekitar 4 hingga 5 meter untuk menuju sumber air di dalam gua yang berada di Sungai Pego Dusun Ngoro-Oro.
Dari 371 Kepala Keluarga (KK) yang ada hanya 72 KK yang telah memiliki PAH sendiri di rumah masingmasing. Desa Giriasih terdiri 4 dusun yakni Dusun Ngoro-oro dengan 94 KK, Dusun Wonolagi 51 KK, Dusun Klepu 135 KK dan Dusun Triasih 93 KK. Secara keseluruhan total penduduk sebanyak 1.673 warga.
Terkait pengawasan yang dilakukan untuk kualitas air dalam PAH, dari kader kesehatan aktif melakukan penyuluhan dengan memelihara ikan dalam PAH untuk mencegah jentik-jentik nyamuk. Selain itu secara rutin kader kesehatan ini juga memberikan bubuk abate.
Tahun 2008 lalu, Giriasih mendapat bantuan 6 PAH umum, masing-masing PAH bernilai Rp 50 juta, tahun 2009 tidak mendapatkan sedangkan 2010 ini diusulkan penambahan 62 PAH. Meskipun desa tentinggal, beruntung desa ini memiliki sungai yang tidak pernah kering sepanjang hari. Pemkab juga berupaya melakukan pengelolaan pengaliran air ke rumah penduduk, namun terkendala keterbatasan sarana dan prasarana yang ada. "Faktor biaya menjadi kendala utama mengapa banyak program belum berjalan. Jika melibatkan dana swadaya masyarakat berat sekali," keluh Pardiyana.
Sementara itu, Asekda Bagian Pemerintahan Fernkab Wonosari, Patrem M menuturkan, secara keseluruhan Pemkab menganggarkan Rp 1,6 miliar untuk penyediaan air bersih bagi warganya.
Di lain pihak, Koordinator Wilayah DIY Yayasan Budha Tzu Chi, Frananto Hidayat menuturkan, pihaknya dan beberapa komunitas menyerahkan bantuan pipa air bersih sepanjang 3.000 meter serta penanaman 15.000 Pohon Sengon bagi masyarakat.
0 Response to "Terminal Air Tak Berfungsi Maksimal"
Post a Comment